nasta rofika

kaum muda yang diperlukan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan oleh siapapun (John. F. Kennedy)

Welcome my friends.. :)

Where there's a will,there's a way. You're What you thinking of ;)

Rabu, 22 Juni 2011

ANAK : Pendidikan, Orang Tua dan Ekonomi

Siapa yang salah dan patut diluruskan?(tentang sebuah kisah)

Mikrolet ternyata memberiku banyak hal. Jalannya yang cukup lamban lantaran harus menunggu penumpang demi mengejar setoran, membuatku belajar tentang hiruk pikuk kehidupan jalanan. Siang itu cuaca tidak sepanas biasanya, mendung menggelantung dan angin bernari meliuk-liukkan pepohonan yang berderet indah namun daunnya hampir semua meranggas di pinggiran jalan raya. Aku berangkat tepat pukul 2 siang hari. Penumpang yang ada dalam mikrolet itu hanya aku, dua orang ibu, dan seorang anak kira-kira kelas 2 SMP berumur belasan tahun duduk di sebelah Pak Sopir. Penumpang kecil itu nampak lugu dengan gaya bahasa dan tutur katanya yag lugas dan polos. Tampak dari kaca spion ku lihat ia begitu manis. Tapi, kontan aku tersentak kaget saat ia mengangkat sebatang rokok dan menyalakannya dengan korek api. Anak kecil yang nampak lugu itu rupanya korban fenomena social dan pengaruh lingkungan yang mempengaruhinya.

Perlahan, Pak Sopir yang agak gendut dan hampir semua rambutnya termasuk rambut alis berwarna putih mengajak penumpang kecil tersebut berbincang. Selayaknya orang tua kebanyakan, ia pun tersentak kaget menyaksikan pemandangan yang demikian. Tetapi,satu yang ku ilhami dari Pak sopir tersebut,tanpa menggurui, atau menasehati,memarahi apalagi Bapak sopir mikrolet dengan canda guraunya mampu menjadi teman baru si penumpang kecil untuk angkat bicara mengapa ia merokok. Pelajaran pertama yang kudapatkan hari ini: Bapak sopir mikrolet tanpa belajar psikologi pun ia mampu melakukan pendekatan secara pedagogi dan tepat sasaran. Begitu flamboyant dengan senyum yang tulus yang mengembang di pipinya. Tak lupa ia selipi dengan nasehat berbau humor kepada si penumpang kecil.

Usut punya usut, selidik demi selidik, si penumpang kecil dengan cara bicara anak seumurannya mengetakan dengan gamblang mengapa ia merokok sejak usia dini apalagi belum berpenghasilan. Polos dan lugu si penumpang kecil mengatakan, bahwa dia sudah mencoba merokok sejak SD dan awalnya coba-coba karena teman dan lingkungannya. Akhirnya, keterusan deh..tegasnya etes. Saat ditanya apa orang tuanya tidak pernah marah,ia menjawab dengan lugu lagi “ Ayahku dulu juga kayak gini kok katanya..!” iiihh…wow… adek kecil polos banget kamu nak.

Pemandangan lain yang kudapatkan masih di dalam mikrolet, saat kendaraan ini melaju dan melintasi jalan kemudian terhenti karena traffic light. Ku saksikan seorang bocah laki-laki, kalau melihat perangainya kira-kira berusia 11 tahunan gitu. Siang itu, hari hujan deras. Miris menyaksikan bocah itu, mengamen ditengah petir yang meraung-raung dilangit dan balutan air hujan yang menyelimuti. Terlelah karena tak ada satu kaca mobil pun yang terbuka dan memberi uang, si bocah terduduk lesu sambil menundukkan kepala dan duduk di pembatas jalan. Satu pertanyaan besar yang muncul dalam benakku saat itu, kemanakah orang tuanya? Baru saja aku dikejutkan dengan si penumpang kecil, sekarang ada lagi yang lain cerita. Siapapun orang tuanya, apakah tega dan berbungah hati menyaksikan kedua pemandangan yang cukup memprihatinkan? Bukankah seharusnya, tugas utama seorang anak adalah belajar dan membantu orang tua sekadarnya. Tapi,saya ngga tahu yah anak jaman sekarang pada lincah dan mandiri, sehingga lebih memilih mencari uang lantaran penghasilan yang ia dapat per hari juga cukup lumayan. Tidak jarang pula kita saksikan beberapa anak mengamen dan menjajalan Koran di sekitar lampu merah. Dan hampir di setiap pemberhentian lampu merah acap kali kita jumpai. Kalau kayak gini sebenarnya siapa yang salah?
Aku belum pernah menjadi seorang ibu, namun aku pastilah pernah mengalami masa kanak-kanak. Di tengah hujan dan dingin seperti itu, tempat terhangat dan paling nyaman adalah berada dalam dekapan Ayah dan ibu. Tetapi tidak dengan bocah itu. Entah itu karena keinginan diri sendiri ataupun kewajiban yang harus ia lakoni, pemandangan demikian seharusnya tidak boleh ada.

Meskipun saya belum pernah menjadi orang tua, namun saya sangat yakin seyakin-yakinnya orang tua sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut salah seorang psikolog, seharusnya orang tua memberikan asupan kebutuhan sesuai yang ia butuhkan pada saat itu. Sehingga seorang anak tidak merasa kurang kasih saying, sehingga ia tidak perlu mencari perhatian atau kasih sayang dari hal lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Syukur kalau asupan yang ia dapatkan itu sesuatu yang positif. Kalau negatif? Baik buruk seorang anak tergantung bagaimana cara asuhan kita. Kalau kata orang jawa, kacang ora ninggal lanjaran, baik-buruk seorang anak dapat dilihat dari kedua orang tuanya.

Seorang anak yang kita didik dengan kekerasan, maka ia akan belajar untuk memukul.
Seorang anak yang kita didik dengan ancaman, maka ia akan hidup dalam ketakutan.
Seorang anak yang kita ajari dengan paksaan, maka ia akan hidup dengan memaksa orang lain.
Seorang anak yang kita didik dengan tuntutan yang berlebih, maka ia akan menjadi pemberontak.
Seorang anak yang kita didik dengan manjaan, selamanya ia akan bergantung pada orang lain dan tidak pernah bisa berdiri sendiri.
Seorang anak yang kita didik dengan agama, maka ia akan mampu memilah dan menghargai
Seorang anak yang kita didik dengan kebaikan, maka ia akan memberikan kebaikan pada orang lain
Seorang anak yang kita didik dengan bijaksana, maka perlahan ia akan mampu memaknai arti sebuah kehidupan


Tidak ada komentar: