Tentang Ayah dan Petuahnya

Bapak

Bapak ku selalu bilang,
Sakit hatilah nak, sakit hati pada keadaan yang selama ini mengekang hidup kita. Sejak Bapak kecil hingga kini, jangankan Bapak bisa sekolah. Celana pendek pun Bapak harus menambal dan menyulam dari kain perca.

Jangankan bapak bisa pergi bermain dan belajar bersama kawan Bapak,di siang hari di bawah terik sang Surya bapak harus “mreman”padi untuk bekal sesuap nasi esok hari.

Setiap mau berangkat sekolah dan Kakekmu hendak ke sawah,maka beliau akan memanggilku untuk membantunya menggarap sawah orang. meski dengan berat hati Bapak harus tinggalkan belajar hari ini, apa mau di kata. Bapak di hadapkan pada dilemma yang membelenggu, antara pendidikan untuk masa depan atau nasi untuk esok hari.

Hidup adalah ujian, kesempatan dan perjuangan. Namun, banyak orang lebih memlih di uji dan di coba jadi orang kaya dari pada orang miskin. Jadi orang miskin itu tak pernah enak. Lebih parah kalo dijadikan kalah-kalahan.

Bapak tak pernah bisa tinggalkan kau harti warisan dalam bentuk apa.takkan pernah mampu karena tak ada yang bisa bapak tiggalkan padamu. Diatas konduktor panas, bapak tuangkan cairan baja. Dibawah mata yang terlihat hanya api diatas kepala yang terasa hanya panas matahari yang mengkonduksi melalui atap berbesi. Bahkan cairan magnit yang menumpah diatas kulit ari tak terasa karena yang tersebut dalam setiap langkah bapak, hanya anak bapak seorang.

Satu hal yang ingin bapak beri dan kelak akan kekal abadi ilmu kehidupan yang hakiki. Karena bapak tak pernah mampu berikan hal materi. Karean engkau gadis tercantik dan terbaik kepunyaan bapak.