nasta rofika

kaum muda yang diperlukan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan oleh siapapun (John. F. Kennedy)

Welcome my friends.. :)

Where there's a will,there's a way. You're What you thinking of ;)

Rabu, 09 Maret 2011

Rasulullah, ijinkan aku bercurah hati

Sholatullah salamullah
Alaa thoha Rasulillah
Sholatullah salamullah
Alaa yaasiin habibilalah

Namamu begitu indah Ya Rasul, hingga teramat malu jika kami mengucap nama-mu hanya untuk mengeksplorasi sebuah seni. Mendengarkan syair tentangmu dan namamu,yang dilantunkan beratus-ratus orang dengan segala keindahan suaranya membuat kami begitu rendah ketika hanya hampa di relung hati tanpa cinta dan refleksi pada apa yang telah engkau ajarkan pada kami.

Duh kanjeng kawula, betapa membuat tergetar rasa cinta kami kepadamu saat namamu termaktub dalam setiap syair indah dengan irama. Namun, maafkan kami Ya Rasul saat kami melupakan apa yang kau teladankan pada kami tentang hakikat kehidupan dan kepemimpinan.

Duh kanjeng kawula, kami umatmu yang tak sekalipun bertemu denganmu. Bahkan kami pun merasa malu andai kami bisa bertemu engkau Ya Rasul. Namun, sejarah tentangmu yang tak kami ragukan sama sekali, membuat kami merindukan sosok dan pemimipin besar bagi bangsa ini.

Duh kanjeng kawula, jika engkau mengijinkan. Saya ingin bertutur dan mengadu. Kami terlalu lelah, menyaksikan kengerihan yang terjadi selama ini. Media santer disana-sini,mengumandangkan isi dunia dengan segala kegelisahannya. Jika engkau sedang menonton televisi bersama kami dan menyaksikan sandiwara demi sandiwara di negeri ini, kami merindukan petuah-petuah agung dari mu,Ya Rasul. Saat kami harus bersuara menyampaikan aspirasi karena ketidakadilan di negeri kami ini, mulut kami pun di bungkam rapat-rapat karena memang sudah tidak ada ketidak adilan di negeri kami.

Duh kanjeng kawula, ingkang minulya. Bolehkah saya bertanya padamu? Saat engkau menjadi khalifah untuk umatmu, berapa gaji yang engkau terima setiap bulan? Cukupkah engkau memberi asupan gizi pada istri dan anak-anakmu, sedangkan engkau sendiri harus berpuasa dan mengikat perut dengan batu demi menahan lapar. Akankah engkau melakukan protes ataupun berkonspirasi pada rakyatmu sendiri untuk menaikkan gaji. Sedangkan masih banyak umatmu yang tidak tahu bagaimana mengembalikan modal dangangan untuk esok pagi. Kami pun harus turut andil dalam pembayaran pajak yang kami tak tahu kemana akan terhenti.

Duh kanjeng kawula, jika engkau masih berdiri tegak di Negara kebesaran kami ini. Boleh saya bertanya? Apa yang engkau lakukan ketika umatmu berseteru dengan kaumnya sendiri, memperjuangkan idealisme yang berujung kekuasaan. Mempertaruhkan agama Allah yang engkau tunjukkan pada kami dengan anarki dan pembunuhan. Padahal engkau pun tak pernah mengajarkan pada kami untuk mengawali peperangan yang berimbas perpecahan.

Duh kanjeng kawula, boleh aku bertanya? Jika engkau memimpin negeri ini, apa yang engkau lakukan saat menangani kasus century. Apa engkau juga akan melakukan kongkalikong dengan punggawa-punggawa Negara, dan membiarkan masalah ini hilang tak bersolusi, tanpa ada kepastian. Sedangkan engkau tentu lebih mengerti, umatmu harus rela memutar otak dan memulai dari titik nol untuk mencapai kehidupan yang hakiki.

Duh kanjeng kawula, boleh saya mencurahkan isi hati? Jawaban apa yang akan engkau berikan pada saya, saat saya bertanya tentang nasib kami sebagai muda-mudi penerus negeri ini. Porak-poranda dan wabah penyakit bukan lagi dari koloni, namun dari tubuh pertiwi ini sendiri. Bagaimana nasib kami saat memimpin negeri, jika saat ini banyak kejahatan rohani yang meracuni, dan suri tauladan pun mulai musnah.

Duh kanjeng kawula, negeri ini banyak sekali orang pintar. Namun, lebih banyak yang minteri dari pada memintarkan bangsa ini. Negeri ini lebih butuh orang yang mengerti untuk menjadi pintar, dari pada pintar namun tidak mengerti. Berebut materi dan uang yang kasat mata, hingga menghalalkan segala cara. Mengeksploitasi alam tanpa memparhatikan keadaan. Sejatinya engkau pun mengajarkan pada kami, untuk saling mencintai, pun kepada alam raya ini.

Duh kanjeng kawula, negeri ini berekspetasi terlalu tinggi. Namun, mungkin engkau akan menangis pilu jika menyaksikan umatmu terhanyut dalam lubang kemaksiatan dan kedhaliman. Engkau pun akan lebih menangis jika menyaksikan umatmu yang saling mengkafirkan sesamanya dan merasa dirinya yang paling benar. Sejatinya engkau telah menunjukkan pada kami jika orang muslim adalah saudara. Engkau pun telah memberikan teladan pada kami bagaimana menghormati yang lain dan mengajarkan filosofi makna Lakum diinukum wa liyadiin. Namun, mengapa ya Rasul demi tendensi yang begitu misterius, harus terjadi peperangan agama dan mengkambing hitamkan agama suci yang engkau tuntunkan pada kami.

Duh kanjeng kawula, engkau lelaki sempurna yang dikirim Allah di bumi ini. Kasih sayangmu begitu universal, kau curahkan pada kami umatmu tanpa berat sebelah. Engkau lelaki dan Ayah yang sempurna bagi anak-anakmu, dambaan setiap perempuan dengan segala kebijaksanaan dan keelokan yang engkau miliki. Ya Rasul, apa yang engkau lakukan jika melihat umat perempuanmu tereksploitasi dan terdholimi. Diperjual belikan demi devisa Negara.

Duh kanjeng kawula, engkau manusia terdekat dengan Allah. Jika kami boleh bertanya, scenario apa di balik ketegangan yang menghampiri negeri kami. kami merindukan pemimpin yang sepertimu, yang mampu memanusiakan kami, senantiasa menyayangi kami. suri tauladan bagi kami…

Duh kanjeng kawula, jika saya boleh berharap dan mungkinkah itu mustahil belaka. Saya mengharap kelak ada pemimpin yang adil dan mampu memanusiakan kami layaknya dirimu.

Duh kanjeng kawula, Ya Rasulullah…
Ijinkan kami memohon syafaatmu…
Dan bertemu denganmu diSurga-Nya…
Amin…

Tidak ada komentar: