nasta rofika

kaum muda yang diperlukan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan oleh siapapun (John. F. Kennedy)

Welcome my friends.. :)

Where there's a will,there's a way. You're What you thinking of ;)

Rabu, 09 Maret 2011

Nani M.U membuat saya tergugah

Malam ini saya dibuat tersentuh dengan pertandingan Liverpool vs Manchester United. Tentu selain karena atmosfer rasa gemas dan geram yang menyelimuti pertandingan via layar kaca demi mendukung jagoan masing-masing. Namun bagi saya pribadi itu prioritas kedua, karena pada dasarnya saya kurang paham pada persepak bolaan. Gemuruh suara Bapak dan sahabat lelaki saya malam ini pun semakin hangat dengan secangkir kopi. Rupanya Liga Inggris lebih menarik perhatian mereka ketimbang ISL atau LPI yang tak kunjung jelas. Sepak bola yang semakin amburadul dengan perpolitikan Noerdin M. Top, salah ding Nurdin Halid. Semakin jenuh mendengar berita tentangnya yang semakin tidak jelas. Sepertinya dia ingin mengikuti jejak Husni Mubarak atau Rezim Soeharto. Tunggu saja Pak!!

Tetapi bukan Nurdin Halid yang membuat saya tersentuh malam ini. Goal manis dari giringan bola Suarez tentu lebih sedap diperbincangkan. Wajar dalam setiap pertandingan ada luka, cedera atau bahkan saling mencederai antar pemain. Namun, kali ini saya dibuat tersentak oleh raut muka Nani yang terkena cedera saat babak pertama setelah MU kebobolan 1-0. Saya tahu benar bahwa sakit rasanya dan sepertinya tidak dibuat-buat seperti pemain pada umumnya demi lawan mendapat kartu pelanggaran.

Saya tidak bermaksud untuk menyinggung SARA, tetapi perasaan ini kerap kali saya rasakan saat melihat orang kulit hitam tertindas. Bukan bermaksud untuk membela atau bagaimana, bukan juga karena saya juga berkulit hitam lantaran saya orang pribumi tulen. Tapi entah ada empati yang begitu mendalam saat melihat Nani mengangis. Kontan saya teringat adik laki-laki saya satu-satunya. Dia juga berkulit hitam seperti saya, juga pemain sepak bola walau kelas kecamatan. Tidak bisa membayangkan jika itu adalah adik saya. Tapi selain itu, ada alasan lain yang membuat empati saya tergugah. Saya merasa sejak dulu, kami orang kulit hitam baik pribumi maupun negroid selalu mendapat tempat yang berbeda dan agak terkucilkan dalam hal ini. Teringat poitik Apartheid yang terjadi di Afrika Selatan, membuat kaum kulit hitam tidak mendapatkan hak yang sama. Tertindas dan menjadi kalah-kalahan. Selalu menjadi bahan suudzonitas dan diskriminasi rasial. Prinsip idealisme bahwa orang kulit putih berada diatas dalam segala aspek memperkeruh kecemburuan sosial dan gap diantara kaum rasial. Meski Nelson Mandela dengan segala perjuangannya berhasil menghapuskan Politik Apartheid, namun hingga kini sendi-sendi diskriminasi rasial masih nampak jelas.

Pada produk kecantikan misalnya. Terkadang membuat saya jengkel lantaran selalu mengusung jargon WHITENING didalamnya. Pun hal ini didukung dengan peranan media yang terlalu mengekspose hal-hal dan model-model yang tak jauh dari kata WHITE. Selain membuat budaya konsumtif dan ketergantungan perempuan meningkat drastic lantaran mayoritas perempuan Indonesia berkulit sawo matang atau hitam legam seperti saya. Tapi satu yang paling mendasar adalah character building yang disuguhkan bahwa perempuan atau individu yang cantik adalah orang-orang yang berkulit putih. Jika kita amati tentu ada diskriminasi didalamnya. Apakah orang yang berkulit hitam tidak cantik? Apa kami orang yang berkulit hitam harus bermandi lulur atau berguling di atas tepung supaya kami mendapat kulit putih demi kami bisa dipanggil cantik? Padahal sejatinya, pigmen kulit yang menjadikan kita terbebas dari kanker kulit. Selain karena memang kulit kita adalah anugerah Tuhan yang terbaik. Mengapa harus pemutih, bukan penghitam? Padahal orang bule banyak yang berjemur demi mendapat warna kulit berpigmen. Yang membuat miris adalah stereotype masyarakat kita saat ini yang menempatkan kulit putih diatas segala-galanya. Merelakan warna kulit berubah putih instan demi mengikuti trend yang ada. Semakin menyakitkan jika mendengar opini masyarakat terutama laki-laki yang membanding-bandingkan orang lain terutama perempuan yang lebih putih nampak lebih berseri-seri, terawat, lebih cantik dan realitanya lebih diperlakukan berbeda dari pada orang kulit hitam yang biasa-biasa saja.

Padahal, trendsetter dan para ahli juga banyak yang berasal dari orang kulit hitam. Dari selebritis misalnya, ada Jay-Z, Rihanna, Beyonce Knowless, Chris Brown, Akon. Actor hebat Will smith serta anaknya yang begitu manis Jaden Smith dan Michael Jackson Singer Legendaris yang mungkin juga terkena korban produk kecantikan yang kurang percaya diri pada ras kebesarannya. Kesemuanya adalah trendsetter dibidangnya masing-masing, memukau dengan setiap penampilannya.

Jadi menurut saya sudah cukup kita melakukan diskriminasi rasial meskipun tanpa kita sadari. Berhenti untuk memandang sinis dan rendahan terhadap pribumi maupun negroid. Karena pada hakikatnya, kita memiliki Hak Asasi Manusia yang sama dihadapan Tuhan, Pemerintahan, dan Kehidupan.

Tidak ada komentar: