nasta rofika

kaum muda yang diperlukan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan oleh siapapun (John. F. Kennedy)

Welcome my friends.. :)

Where there's a will,there's a way. You're What you thinking of ;)

Minggu, 27 Maret 2011

Keberanian Perempuan dan Emansipasi

Teringat sosok Srikandi dalam tokoh pewayangan Mahabarata versi Jawa seorang suri tauladan prajurit wanita yang sangat gandrung pada ilmu olah keprajuritan. Srikandi merupakan Symbol dari keberanian perempuan dalam sejarahnya. Beliau adalah seorang perempuan ksatria, murid sekaligus istri dari Raden Permadi atau Arjuna yang terkenal dengan ketampanannya. Srikandi adalah sosok perempuan yang berbeda dan memiliki paradigma yang unik dalam menjalani hidup kala itu. Srikandi lebih memilih bergerak di jalur pemerintahan dan politik dalam mengkontribusikan hidupnya. Dalam kiprahnya, Srikandi membantu Arjuna dalam mengoprasikan roda pemerintahan. Ia diangkat menjadi senapati dalam peperangan dan sesuai dengan jalan hidup yang ia pilih Srikandi pun mengakhiri hayatnya di medan perang. Meski tiada pernah dikaruniai seorang putra, realita tidaknya, namun kiprah srikandi banyak menginspirasi kaum perempuan.


Jika berkaca dari sosok Srikandi menurut sejarah pewayangan Hindhu, maka kita juga dapat berefleksi dari sejarah peradaban Islam yang didalamnya ada sosok Khadijah dan Siti Aisyah istri Rasulullah yang termaktub dalam sejarah besar dunia. Khadijah adalah sosok pemimpin perempuan yang piawai dalam dunia perniagaan dan ekonomi. Sejarah membuktikan bahwa Khadijah adalah sosok pemimpin perempuan yang sukses di bidangnya. Sedangkan Siti Aisyah merupakan istri Rasulullah yang tangkas dalam berperang, dalam perang Jamal beliau mengendarai unta sebagai kendaraan. Kala itu hingga hayatnya sepeninggal Rasulullah SAW, Siti Aisyah mengkontribusikan hidupnya di dunia politik dan pemerintahan hingga akhir hayatnya.

Srikandi adalah sosok sejarah keberanian perempuan dari India, sedangkan Khadijah dan Siti Aisyah dari Saudi Arabia. Lain pula dengan RA Kartini priyayi Jawa dan pejuang perempuan asli kepunyaan Indonesia. Namun, keduanya merupakan sosok dan symbol dari keberanian perempuan yang menginspirasi kaumnya hingga kini serta sebagai penguat teori emansipasi yang berkembang di Negara kita. RA Kartini mengawali impian-impiannya mulai dari aspek pendidikan. Karena pada jamannya perempuan tidak mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki mulai dari aspek pendidikan hingga peran pembangunan. Karena sering kali bahkan hingga sekarang konstruksi pikiran yang melekat pada masyarakat kita adalah pada akhirnya nanti perempuan akan mbalik maning nang pawon (kembalilagi ke dapur), tugas perempua itu masak, macak, manak (memasak, berdandan, dan melahirkan). Perempuan tidak mendapat porsi yang sama dalam kehidupan social dan hanya ditempatkan pada ruang-ruang tertentu. RA Kartini dengan keberaniannya menjadi pioneer dan mampu mengubah keadaan sehingga saya dan kaum perempuan yang lain dapat mengenyam pendidikan setinggi langit semau dan semampu kami.

Dalam ruang masyarakat kita, budaya patriarkhi yang cenderung menempatkan laki-laki di atas perempuan dalam segala atau aspek tertentu masih sangat kental. Isu penyimpangan gender juga sering kita jumpai dalam sendi-sendi masyarakat bahwa perempuan-lah yang seharusnya merawat dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Realita berbicara lain, karena seiring berjalannya waktu, mayoritas perempuan juga memiliki peran dalam menyokong financial suatu rumah tangga. Dengan demikian kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam hal ini sangat dibutuhkan. Karena lag-lagi manajer dalam suatu rumah tangga adalah perempuan, yang memutar otak mulai dari urusan dapur, membesarkan anak, hingga profesi yang harus dijalani demi kelancaran sokongan financial mengingat krisis kian hari meningkat dan mengharuskan perempuan harus berpartisipasi. Tak jarang juga kita jumpai seorang perempuan rela jadi kuli bangunan –konon kata orang itu pekerjaan yang lebih mengandalkan otot, namun lagi-lagi masalah gender-. Selain kebutuhan ekonomi, faktor lain yang membuat mayoritas kaum perempuan berprofesi adalah karena perempuan sudah memiliki harapan untuk berani bercita-cita dan menjadi apa yang diinginkan. Selain itu, saat ini banyak pekerjaan yang cenderung mengedepankan perempuan yang memiliki daya pikat, daya jual, dan kelembutan tersendiri.

RA Kartini telah mengobarkan semangat emansipasi di negeri ini, bahwa perempuan juga boleh bercita-cita setinggi langit. Pernah timbul suatu pertanyaan, apakah ada emansipasi untuk laki-laki? Dan seseorang pakar dari Women Study Australia yang juga seorang dosen pada bedah buku yang pernah saya ikuti menjawab, bahwa emansipasi memang ada dan diciptakan untuk perempuan agar memperoleh kesetaraanya dengan kaum laki-laki di mata masyarakat. Karena pada hakikatnya, sejak dulu hingga kini laki-laki sudah lebih banyak mendapatkan haknya dalam kehidupan social bermasyarakat.

Dalam politik maupun peran pembangunan, seharusnya perempuan juga memiliki porsi dan peranannya yang mencukupi untuk mengaspirasikan suaranya. Tidak ada salahnya juga bahwa seseorang menjadi seorang pemimpin.Srikandi, Khadijah, RA Kartini, dan Siti Aisyah sudah membuktikannya. Opini bahwa perempuan lebih mengedapankan perasaan yang cenderung mendominasi dalam melakukan suatu tindakan atau mengambil keputusan sedangkan laki-laki lebih cenderung rasional menggunakan logika, itu karena sisi kelembutan dan perangai halus perempuan yang menghegemoni masyrakat kita bahwa perasaan perempuan lebih mendominasi. Memang ada kalanya perempuan harus benar-benar dimengerti pada saat-saat tertentu terutama siklus bulanan yang dialami oleh semua perempuan yang sangat berpengaruh pada emosi dan itu sangat wajar. Namun, itu tidak bisa menjadi patokan karena hal itu merupakan bagian dari kodrat seorang perempuan. Dalam melakukan tinddakan maupun mengambil keputusan, sama halnya dengan laki-laki, semuanya membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang. Tapi, ada kalanya loh perasaan itu dibutuhkan untuk hal atau kejadian tertentu dan saya yakin laki-laki juga memiliki perasaan yang sama mungkin. Jadi tidak bisa saklek hanya dengan logika. Karena pada hakikatnya, laki-laki dan perempuan memang diciptakan untuk saling melegkapi. Sehingga, keduanya harus berjalan selaras,serasi,dan seimbang. Dibalik kesuksesan seorang laki-laki, pasti ada perempuan hebat yang mendukungnya. Dan dibalik kesuksesan perempuan, pasti ada laki-laki yang arif dan bijaksana.

Beberapa kasus tertentu, terkadang emansipasi disalah arti dan gunakan dan bisa jadi polemic untuk kalangan tertentu. Kejadian ini, beberapa saya alami dilingkungan sekitar bahkan sebaya saya. Kalau dulu -cerita dari ibu saya- perempuan harus benar-benar menjaga kodrat dan martabatnya, mampu menjaga kehormatannya sendiri, dan saru (kalau Bahasa Indonesianya : pamali) seorang perempuan mengutakan “isi hatinya”terlebih dahulu pada laki-laki. Jangankan berbuat semacam itu, menemui lebih dulu saja bisa dianggap yang tidak-tidak,perempuan ginilah-gitulah! Saat ini berdalih emansipasi hal demikian kerap kali terjadi. Memang wajar karena setiap orang memiliki hak untuk menyampaikan pendapat, gagasan, aspirasi,maupun isi hati. Namun, karena kita berada di Negara yang memiliki norma dan budaya yang kental dan melekat erat dalam masyarakat kebanyakan, hal semacam itu harus kita pertimbangkan. Bagaimanapun juga kita sebagai makhluk social yang harus mengakui keberadaan hal-hal semacam itu.

Kaum perempuan juga memiliki aspirasi yang patut didengar dan dipertimbangan. So, jangan takut untuk bermimpi dan bercita-cita setinggi langit. Kita pun berhak menjadi seorang pemimpin dalam bidang kita masing-masing. Kita punya hak yang sama dan tidak ada yang boleh mengekang mimpi kita. Karena yang dapat memeluknya adalah diri kita dan kemauan kita sendiri. Sejarah telah membuktikannya. Namun, harus tetap mempertahankan kodrat dan kehormatan yang melekat erat dalam diri kita sendiri. Dan satu hal lagi yang harus kita pahami, diluar atau dilapangan kita boleh menjadi seorang pemimpin namun didalam rumah tetap Ayah dan Suami (bagi yang sudah berkeluarga) yang menjadi pemimpin kita. 

Tidak ada komentar: