mungkin dia tak pernah berangan-angan untuk menjadi guru,
Bahkan mungkin impian itu hanya melintas dalam benak
Beralu lalang bersama dilemma dan pekik kehidupan yang dia jalani
Betapa tidak ia sadari,
Bahwa hari ini dia telah menjadi guru bagi kami
Dan aku berharap pula mereka belajar padanya, pejabat teras negeri
Agar tidak lagi korupsi
Tutur bahasanya lugas, tak menggurui
menyeruak telinga kami
Begitu perih menyaksikan pemandangan miris di hadapan kami,
Rumah reot beratap jerami dan beralas karung goni
Dengan terbata dan penuh ketulusan
dia ajarkan kehidupan yang nyangkin belum pernah kami alami
Jangankan ingin, kami jadi takut sendiri
Takut memikul beban di punggung seperti yang dia hadapi
Sore ini,
Seorang malaikat dari bumi
Dikirimkan Tuhan hanya untuknya seorang,
Memberikan beberapa lembaran uang lima puluh ribuan
Subhanallah, air matanya meleleh
Bibirnya mengucap sesuatu lirih
Betapa berharganya lembaran uang itu
Lirih dan semakin keras engkau menangis dalam rasa syukur
Dan semakin membuatku malu pada diriku sendiri yang kurang bersyukur atas segala nikmatnya
Dan tidak pernah puas pada keadaan
Bahkan kami tega harus merampas hak dan harta milik bangsa sendiri
Betapa malunya kami tak pernah bersyukur
Hingga semakin banyak korupsi sepanjang hari
Sore ini, kau telah membuka mata kami
Betapa sekecil apapun nikmat itu,
Adalah hal yang patut kita syukuri
Dan satu lagi yang membuat kami tergugah,
Nikmat yang kau dapat itu, nyatanya bukan untuk dirimu sendiri
Kaupun mengajari kami lagi tentang makna rela berkorban
Life and Love... It's just like a bow and a violin.. Can't be separated, one and each other...
nasta rofika
kaum muda yang diperlukan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan oleh siapapun (John. F. Kennedy)
Welcome my friends.. :)
Home
Rabu, 22 Juni 2011
Guru Tanpa Gelar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar